
Bukakabar - Patrick Kluivert datang ke Indonesia dengan membawa nama besar. Mantan striker timnas Belanda ini pernah bersinar di Eropa. Ia bermain untuk klub-klub top seperti Ajax, AC Milan, dan Barcelona. Reputasinya sebagai pemain kelas dunia cukup membuat publik Indonesia optimis.
Apalagi ia datang menggantikan pelatih yang sebelumnya cukup kontroversial. Publik berharap, kehadiran Kluivert bisa membawa Timnas Indonesia melangkah lebih jauh di kancah internasional.
Namun, seperti mimpi yang indah tapi terlalu singkat, kerja sama antara Kluivert dan PSSI akhirnya harus berakhir lebih cepat dari yang direncanakan. Alih-alih membawa Indonesia ke pentas Piala Dunia, Timnas malah gagal total dalam babak kualifikasi.
Dalam dua pertandingan penting melawan Arab Saudi dan Irak, Timnas menelan dua kekalahan. Kekalahan ini bukan hanya soal hasil di atas kertas, tapi juga menunjukkan lemahnya organisasi permainan, koordinasi antar lini, dan kurangnya semangat juang.
Setelah melalui evaluasi panjang, akhirnya pada 16 Oktober 2025, PSSI mengumumkan pemutusan kerja sama secara resmi. Keputusan ini diambil atas dasar kesepakatan bersama alias mutual termination.
Dengan begitu, Kluivert resmi tidak lagi menjabat sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia di semua level: senior, U-23, maupun U-20. Perjalanan singkatnya di Indonesia menyisakan banyak pelajaran. Terutama bagi PSSI yang sepertinya harus lebih jeli memilih pelatih, bukan hanya berdasarkan nama besar saja.
Lalu, pertanyaan besarnya sekarang: siapa yang akan menggantikan Kluivert? Siapa yang punya kapasitas, visi, dan nyali untuk membawa Garuda kembali terbang tinggi?
Alasan di Balik Pemecatan Kluivert
Sebelum kita membahas calon pengganti, mari kita bedah dulu alasan pemecatannya.
Patrick Kluivert sejatinya punya kontrak berdurasi dua tahun. Tapi perjalanan buruk Timnas membuat PSSI tidak punya banyak pilihan. Dua kekalahan penting dari Irak dan Arab Saudi menjadi pemicu utamanya. Timnas gagal mengumpulkan poin dan terdampar di dasar klasemen grup. Harapan untuk tampil di Piala Dunia 2026 pun pupus begitu saja.
Selain itu, performa Timnas secara keseluruhan juga tidak menunjukkan progres yang signifikan. Dalam delapan pertandingan resmi yang dipimpin Kluivert, Timnas hanya menang tiga kali. Sisanya, berakhir imbang atau kalah. Persentase kemenangan hanya sekitar 37,5 persen. Angka ini tergolong rendah untuk standar pelatih tim nasional.
Dari segi permainan, Timnas juga belum punya pola yang jelas. Skema permainan sering berubah-ubah. Koordinasi lini belakang rapuh, lini tengah tidak kreatif, dan lini depan tumpul. Beberapa pemain terlihat bingung menjalankan instruksi. Publik pun mulai kehilangan kesabaran. Banyak yang menilai, gaya Eropa yang dibawa Kluivert tidak cocok dengan karakter pemain Indonesia.
Semua itu menjadi alasan logis kenapa PSSI akhirnya memutuskan berpisah. Meski dilakukan dengan cara damai, pemecatan ini menyimpan pesan kuat. Bahwa PSSI ingin melakukan reset. Mereka ingin memulai babak baru yang lebih menjanjikan.
Apa yang Harus Dimiliki Pelatih Baru?
Sebelum menentukan siapa pengganti Kluivert, ada baiknya kita menyusun kriteria ideal untuk pelatih Timnas. Ini penting agar PSSI tidak salah langkah lagi.
1. Punya Visi Jangka Panjang
Pelatih baru harus punya visi jelas untuk tiga hingga lima tahun ke depan. Bukan hanya mengejar kemenangan cepat, tapi juga membangun fondasi kuat.
2. Kenal Karakter Pemain Lokal
Pemahaman terhadap budaya sepak bola Indonesia sangat penting. Pelatih harus tahu cara mengelola pemain lokal yang berbeda dengan pemain Eropa atau Amerika Latin.
3. Bisa Mengembangkan Pemain Muda
Timnas kita saat ini punya banyak bakat muda. Tapi mereka butuh sentuhan pelatih yang bisa mengembangkan potensi tersebut secara maksimal.
4. Mampu Merangkul Pemain Diaspora
Beberapa pemain diaspora memiliki peran penting dalam skuad. Pelatih baru harus bisa membangun chemistry antara pemain lokal dan diaspora.
5. Berani dan Tegas
Indonesia butuh pelatih dengan kepribadian kuat. Yang tidak segan mendisiplinkan pemain, tapi juga bisa memotivasi mereka saat terpuruk.
Kandidat Pelatih yang Cocok Gantikan Kluivert
Sekarang, mari kita bahas siapa saja yang layak menempati posisi pelatih kepala Timnas Indonesia. Beberapa nama sudah muncul ke permukaan. Masing-masing punya latar belakang dan keunggulan berbeda.
1. Shin Tae-yong
Nama ini tentu sudah sangat familiar. Ia pernah melatih Timnas Indonesia sejak akhir 2019 hingga awal 2025. Di bawah arahannya, Timnas Indonesia tampil disiplin dan berani.
Shin berhasil membawa Timnas ke final Piala AFF dan lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Ia juga sukses mengorbitkan banyak pemain muda.
Kelebihan lain dari Shin adalah pengalamannya menangani berbagai level usia. Ia paham struktur pemain di Indonesia, dan sudah punya koneksi dengan banyak klub.
Kekurangannya? Mungkin hanya soal komunikasi dengan federasi. Hubungan Shin dan PSSI sempat memanas di masa akhir jabatannya. Tapi jika kedua pihak bisa berdamai, kembalinya Shin bisa jadi solusi terbaik.
2. Luis Milla
Luis Milla juga pernah menjadi bagian dari Timnas Indonesia. Ia melatih skuad Garuda pada 2017 hingga 2018. Di masa itu, permainan Timnas terlihat lebih atraktif.
Milla dikenal sebagai pelatih yang fokus pada penguasaan bola dan passing cepat. Ia juga senang memberi kepercayaan kepada pemain muda. Karier kepelatihannya mencakup pengalaman di Spanyol dan Asia.
Meski masa tugasnya di Indonesia tidak lama, gaya bermain yang ia terapkan masih diingat banyak penggemar. Kini, setelah bebas kontrak sejak berpisah dengan klub lokal, namanya kembali disebut.
3. Bernardo Tavares
Pelatih asal Portugal ini dikenal lewat kesuksesannya bersama PSM Makassar. Di bawah asuhannya, PSM menjuarai Liga 1 musim 2022/2023. Padahal saat itu, skuad mereka tidak banyak bertabur bintang.
Bernardo punya gaya kepelatihan yang tegas. Ia memperhatikan detail kecil, dan sering mengubah strategi di tengah pertandingan. Selain itu, ia juga paham medan sepak bola Indonesia karena sudah beberapa tahun menetap di sini.
Kini setelah mundur dari PSM, Bernardo tersedia. Jika diberi kesempatan, ia bisa jadi pelatih yang membawa semangat baru.
4. Jan Olde Riekerink
Pelatih asal Belanda ini juga masuk dalam radar. Ia pernah melatih Galatasaray dan sekarang menangani klub lokal di Indonesia. Riekerink dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan taktis dan sistematis.
Satu keunggulannya adalah pemahaman terhadap pemain diaspora berdarah Belanda. Ia bisa menjadi jembatan antara pemain lokal dan pemain luar negeri.
Selain itu, pengalamannya menangani tim-tim muda Eropa bisa berguna untuk regenerasi pemain Timnas.
Potensi Pelatih Lokal: Apakah Layak Dicoba?
Selain pelatih asing, beberapa nama lokal juga bisa dipertimbangkan. Ini beberapa nama yang cukup diperhitungkan:
-
Bima Sakti
-
Indra Sjafri
-
Rahmad Darmawan
-
Seto Nurdiantoro
Pelatih-pelatih ini punya keunggulan dalam mengenal karakter pemain Indonesia. Mereka juga lebih mudah dalam hal komunikasi dan koordinasi dengan klub lokal.
Namun, kekurangannya adalah minimnya pengalaman di level internasional. PSSI perlu menimbang matang jika ingin menunjuk pelatih lokal. Bisa saja berhasil, tapi risikonya lebih besar dibanding memakai pelatih berpengalaman dari luar.
Tantangan Besar Menanti Pelatih Baru
Siapa pun yang ditunjuk menggantikan Kluivert, pasti akan menghadapi tantangan besar. Ini beberapa hal yang akan mereka hadapi:
-
Tekanan suporter dan media
Ekspektasi terhadap Timnas selalu tinggi. Kekalahan sedikit saja bisa membuat pelatih digoyang. -
Minimnya waktu persiapan
Kompetisi internasional terus berjalan. Pelatih harus bisa cepat mengenali skuad dan membentuk sistem yang cocok. -
Komunikasi dengan federasi
Pelatih harus mampu bekerja sama dengan PSSI dan klub-klub lokal. Tanpa komunikasi yang baik, proyek jangka panjang akan sulit terwujud. -
Masalah kedisiplinan pemain
Ini masalah
klasik yang masih sering terjadi. Pelatih baru harus bisa membangun atmosfer profesional dan disiplin tinggi.
Penutup: Momentum Memulai dari Nol
Pemecatan Patrick Kluivert bisa dilihat sebagai kegagalan. Tapi sebenarnya ini juga bisa jadi titik awal baru. Timnas Indonesia masih punya potensi besar. Banyak pemain muda berbakat yang siap berkembang.
Tugas pelatih baru bukan hanya meraih kemenangan. Tapi juga membangun struktur dan budaya sepak bola yang sehat. Publik Indonesia tidak hanya ingin menang. Mereka juga ingin bangga terhadap cara tim ini bermain.
Sekarang semuanya kembali ke PSSI. Apakah mereka akan memilih pelatih dengan nama besar lagi? Atau justru mencari sosok yang lebih membumi tapi punya visi kuat? Yang jelas, keputusan ini akan sangat menentukan arah Timnas dalam beberapa tahun ke depan.
Apapun hasilnya nanti, suporter Indonesia akan tetap mendukung. Tapi mereka berharap kali ini PSSI tidak salah langkah lagi. Sudah cukup kita belajar dari kegagalan. Kini saatnya bangkit dan menatap masa depan dengan lebih percaya diri.
Komentar0