BUA0GUMiGfG7TfY6TSY7Tpr7GA==

Pencegahan Keracunan Pada Anak, Begini Menurut Dokter

Pencegahan Keracunan Pada Anak, Begini Menurut Dokter

Bukakabar - Setiap orang tua pasti pernah jaga-jaga agar makanan anaknya aman. Bayangkan suatu hari anak kamu tiba-tiba muntah, diare, dan demam setelah makan. Panik? Tentu. Apalagi jika kejadian itu terjadi masal di sekolah, hajatan, atau program pemberian makanan gratis. 

Di Indonesia, kasus keracunan massal pada anak bukan cuma cerita lama. Misalnya, keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) pernah terjadi dan menjadi perhatian besar oleh organisasi medis. 

Melansir laman Kompas.com, Dokter Pipe­r­im Basarah Yanuarso, Ketua Umum PP IDAI, menyatakan bahwa satu kasus keracunan sudah serius. Ribuan anak sakit akibat makanan yang sama bisa dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemerintah dan stakeholder pun didesak untuk mengevaluasi teknis program agar kejadian serupa tak berulang. (Lihat data terkini)

Kejadian-kejadian ini mengajarkan kita bahwa pencegahan jauh lebih penting daripada penanganan ketika sudah muncul gejala. Anak-anak punya sistem imun yang belum optimal, mereka lebih rentan terhadap toksin, bakteri, dan kontaminan. 

Karena itu, orang tua, sekolah, penjual makanan, dan semua pihak terkait harus memahami cara mencegah keracunan secara benar. Artikel ini akan membahas definisi keracunan vs alergi, gejala yang harus diwaspadai, dan langkah-langkah pencegahan menurut para dokter anak. Semoga artikel ini bisa jadi panduan praktis agar anak-anak kita tetap aman dan sehat.

Keracunan vs Alergi: Apa Bedanya Menurut Dokter?

Sebelum membahas gejala dan pencegahan, kita harus memahami bahwa keracunan makanan berbeda dengan alergi makanan.

  • Keracunan terjadi saat seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, parasit, toksin, atau bahan kimia.

  • Alergi terjadi ketika sistem imun bereaksi terhadap protein tertentu dalam makanan.

  • Dalam keracunan massal, banyak anak sakit setelah makan makanan yang sama — itu hampir pasti keracunan, bukan alergi.

  • Alergi biasanya terjadi pada individu tertentu, bukan semua yang makan makanan tersebut.

Dokter Yogi Prawira (UKK ETIA IDAI) menekankan bahwa jika banyak anak mengalami gejala setelah mengonsumsi satu makanan, maka penyebabnya kemungkinan besar keracunan. Alergi tidak menular dan tidak bersifat massal. Jadi, respon penanganannya juga berbeda. Dalam alergi, kita menghindari makanan penyebabnya; dalam keracunan, kita harus menghentikan konsumsi dan membersihkan kontaminasi agar tidak menyebar.

Gejala dan Risiko Keracunan di Anak

Kenali gejala utama agar bisa cepat ambil tindakan:

  • Mual dan muntah berulang

  • Nyeri perut atau kram

  • Diare, bisa cair atau berdarah

  • Demam, sakit kepala, dan lemas

  • Dehidrasi: mulut kering, rasa haus terus, jarang buang air kecil, urine pekat

Jika anak tampak lemas berat, muntah terus, demam tinggi lebih dari tiga hari, segera bawa ke fasilitas kesehatan. Kondisi dehidrasi bisa sangat berbahaya bagi anak kecil. Dalam kasus tertentu, komplikasi bisa muncul, misalnya gangguan ginjal, peradangan, atau efek racun pada saraf.

Di kasus keracunan MBG, para dokter mengingatkan bahwa zona penyimpanan pangan antara 5–60°C (yang sering disebut "danger zone") sangat rentan pertumbuhan bakteri. Makanan yang dibiarkan lama di suhu ruangan atau rentang tersebut bisa menjadi sumber keracunan serius.

Faktor Risiko Keracunan pada Anak

Mengapa anak rentan keracunan lebih dari orang dewasa? Beberapa faktor risiko utama meliputi:

  1. Sistem pencernaan belum matang
    Anak mudah terkena keracunan karena pertahanan usus belum sempurna.

  2. Asupan makanan massal
    Di sekolah, hajatan, atau MBG, makanan disiapkan banyak — rentan terjadi kontaminasi atau penyimpanan lama.

  3. Kurangnya edukasi hygiene
    Anak kadang belum terlatih mencuci tangan atau mengenali makanan tak layak.

  4. Penyimpanan dan distribusi yang buruk
    Waktu penyajian terlambat, suhu tidak dijaga, atau wadah yang tidak steril.

  5. Kontaminasi silang
    Bahan mentah (daging, ikan) bercampur dengan bahan siap santap tanpa pemisahan alat.

  6. Air dan bahan pangan tercemar
    Air tidak dimasak, bahan diperoleh dari sumber yang tidak aman, atau pestisida/logam berat.

Langkah Pencegahan Keracunan Makanan pada Anak

Para dokter dan organisasi kesehatan seperti IDAI sangat menekankan bahwa pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Berikut langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan di rumah, sekolah, atau kantin:

1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Ini langkah paling dasar, tapi sering diabaikan:

  • Cuci tangan sebelum makan

  • Setelah dari kamar mandi

  • Setelah menyentuh bahan mentah

  • Setelah kegiatan outdoor

Cuci tangan dengan sabun selama minimal 20 detik, gosok sela-sela jari, dan gunakan air mengalir.

2. Memasak makanan hingga matang sempurna

Pastikan suhu internal tercapai agar bakteri mati:

  • Daging ayam minimal 74 °C

  • Daging sapi minimal 71 °C

  • Telur jangan setengah matang, kuning harus matang

Gunakan termometer makanan jika tersedia atau pastikan tidak ada bagian mentah dalam daging/ayam.

3. Pisahkan bahan mentah dan siap santap

Gunakan alat (talenan, pisau) berbeda untuk daging, ikan, sayur:

  • Setelah memotong bahan mentah, bersihkan alat terlebih dahulu

  • Jangan gunakan pisau daging ke bahan jadi tanpa dicuci

Ini menghindari kontaminasi silang, yaitu bakteri mentah menyebar ke bahan siap santap.

4. Menjaga suhu dan penyimpanan

  • Setelah dimasak, jangan biarkan makanan di suhu ruang lebih dari 2 jam

  • Jika suhu lingkungan tinggi (di atas 30 °C), batas lebih sempit — idealnya kurang dari 1 jam

  • Simpan sisa makanan dalam wadah tertutup rapat

  • Gunakan kulkas (0–5 °C) atau freezer

  • Jangan mencairkan makanan beku di suhu ruangan — gunakan kulkas atau metode aman

5. Gunakan air bersih dan bahan yang aman

  • Periksa sumber air, masak atau saring sebelum digunakan

  • Gunakan bahan pangan segar dan aman

  • Hindari makanan kemasan rusak, kaleng menggembung, atau makanan berbau asam

6. Periksa kondisi makanan sebelum dikonsumsi

  • Lihat warna, tekstur, bau — bila berubah, jangan makan

  • Makanan berlendir, bau tengik, berubah warna → buang

  • Jika kemasan makanan menggembung atau rusak, jangan dikonsumsi

7. Kebersihan alat dapur dan tempat memasak

  • Cuci alat makan/dapur dengan air panas & sabun

  • Pastikan dapur mempunyai ventilasi dan bebas hama

  • Bersihkan meja, lantai, dan permukaan sebelum dan sesudah memasak

  • Simpan bahan di tempat terlindung dari lalat, serangga, tikus

Edukasi Keamanan Pangan Sejak Dini

Menurut Dr. Piprim Basarah Yanuarso, pendidikan higienitas dan keamanan pangan mulai sejak sekolah dasar sangat krusial. Anak-anak dapat diajari:

  • Cara mencuci tangan benar

  • Mengenali makanan cacat atau basi

  • Menolak makanan yang mencurigakan

  • Mendorong mereka bertanya jika makanan terlihat berbeda

Kolaborasi antara guru, tenaga kesehatan sekolah, orang tua, dan petugas pangan wajib dilakukan. Jika sekolah menerapkan standar kantin sehat, pengawasan kantin, serta edukasi rutin, potensi kasus keracunan bisa berkurang secara signifikan.

IDAI menyebut bahwa penting juga melibatkan sekolah dalam program “Sekolah Sehat” agar kantin dan pengolahan makanan ikut tersertifikasi higienis.

Respons Tanggap Jika Anak Terkena Keracunan

Jika kamu curiga anak mengalami keracunan, berikut langkah pertolongan pertama yang bisa dilakukan:

  1. Hentikan konsumsi makanan tersebut
    Jangan biarkan anak tetap makan atau minum makanan mencurigakan.

  2. Minum air bersih atau cairan rehidrasi
    Beri air putih atau larutan oralit, secara perlahan, sedikit demi sedikit.

  3. Istirahat dan pantau kondisi
    Jangan biarkan anak aktif berlebihan.

  4. Hindari obat tanpa resep dokter
    Jangan memberi anti-diare atau obat sembarangan, karena bisa memperburuk.

  5. Segera ke fasilitas kesehatan bila:

    • Muntah terus menerus

    • Demam tinggi >3 hari

    • Anak sangat lemah atau tidak respon

    • Tanda dehidrasi berat seperti mata cekung, urine sangat sedikit

Di fasilitas kesehatan, dokter mungkin melakukan pemeriksaan darah, elektrolit, dan memberikan terapi rehidrasi intravena jika perlu.

Kasus Nyata dan Pelajaran dari Program MBG

Kasus keracunan massal yang terjadi pada anak sekolah dalam program MBG (Makan Bergizi Gratis) menjadi alarm besar. IDAI menyebut bahwa satu anak keracunan saja sudah serius, apalagi jika jumlahnya ribuan. (Data terbaru menunjukkan ribuan anak terdampak)

Dalam kasus MBG, salah satu penyebab utama adalah penyimpanan makanan dalam rentang suhu “danger zone” 5–60 °C. Bakteri bisa berkembang biak cepat dalam rentang tersebut. Ada juga kasus di mana makanan disiapkan terlalu jauh hari sebelum penyajian sehingga risiko kontaminasi meningkat.

BPKN RI bahkan mendesak evaluasi total program MBG. Dalam laporan, lebih dari 6.452 anak dilaporkan sakit akibat keracunan program tersebut. Untuk memperbaiki, BPKN mengusulkan audit keamanan pangan, sertifikasi penyedia makanan, dan sistem monitoring real-time.

IDAI juga menyatakan bahwa program MBG sebenarnya niatnya mulia — untuk menaikkan gizi anak — tetapi kalau teknisnya kacau, malah bisa membahayakan nyawa. Program kantin sekolah dan penyedia MBG harus mengikuti standar higienitas pangan dan pengawasan ketat.

Hubungan Keracunan dan Stunting

Keracunan makanan yang sering terjadi dapat memicu diare kronis, malabsorbsi, dan gangguan pencernaan yang berulang. Semua ini bisa mengganggu kemampuan tubuh menyerap nutrisi. Jika anak sering keracunan atau mengalami infeksi saluran cerna, nafsu makan bisa turun dan penyerapan nutrisi buruk — potensi stunting pun meningkat. IDAI menyebut bahwa keamanan pangan adalah salah satu faktor non-nutrisi yang berkontribusi pada stunting anak.

Kesimpulan & Rekomendasi Akhir

Keracunan pada anak bukan hal sepele. Sekali terjadi, dampaknya bisa luas—bukan cuma kesehatan jangka pendek, tapi juga tumbuh kembang. Kita harus tahu bedanya keracunan dan alergi, gejala utama yang harus diwaspadai, serta langkah-langkah pencegahan praktis.

Intinya:

  • Terapkan kebiasaan cuci tangan

  • Pastikan masakan matang sempurna

  • Pisahkan bahan mentah dan siap santap

  • Simpan makanan dengan benar

  • Gunakan air dan bahan pangan aman

  • Jaga kebersihan dapur dan alat makan

  • Edukasi anak sejak dini agar mereka tahu pangan aman

Komentar0

Type above and press Enter to search.

www.bariskabar.com www.webteknologi.com