BUA0GUMiGfG7TfY6TSY7Tpr7GA==

Alasan Indonesia Pakai Setir Kanan, Ternyata Ini Sejarahnya!

Alasan Indonesia Pakai Setir Kanan, Ternyata Ini Sejarahnya!

Bukakabar - Pernah nggak sih kamu memperhatikan, semua mobil di Indonesia selalu punya setir di sebelah kanan? Rasanya sudah sangat biasa melihat pengemudi duduk di sisi kanan dan kendaraan melaju di jalur kiri. Tapi coba deh kamu pergi ke luar negeri, misalnya ke Amerika Serikat atau Jerman. 

Di sana, justru kebalikannya! Setir ada di sebelah kiri, dan semua kendaraan berjalan di jalur kanan. Bagi sebagian orang Indonesia, hal ini terasa aneh, bahkan membingungkan ketika pertama kali menyetir di sana.

Fenomena ini sering bikin banyak orang bertanya-tanya. Mengapa Indonesia justru memilih sistem setir kanan, bukan setir kiri seperti negara-negara lain? Apakah ini cuma kebetulan, atau ada alasan sejarah di baliknya? Ternyata, jawabannya cukup panjang dan menarik!

Kita akan menyusuri bagaimana sejarah kolonial, pengaruh negara lain, kebiasaan masyarakat, hingga alasan keamanan membentuk sistem lalu lintas Indonesia yang seperti sekarang. Jadi, siapkan diri kamu untuk “berkeliling” ke masa lalu dan menemukan alasan di balik setir kanan yang selama ini kamu anggap biasa.

Asal-Usul Berkendara di Jalur Kiri

Sebelum ada mobil, manusia sudah lebih dulu punya kebiasaan berjalan atau berkendara di jalur tertentu. Dulu, ketika transportasi masih menggunakan kuda atau kereta, posisi berkendara punya arti penting.

Pada masa kuno, terutama di Eropa dan Inggris, orang biasanya berjalan di sisi kiri jalan. Alasannya sederhana: kebanyakan orang menggunakan tangan kanan sebagai tangan dominan. Jadi, jika ada orang lain datang dari arah berlawanan, mereka bisa saling berjaga atau menyapa dengan tangan kanan. Selain itu, ketika seseorang menunggang kuda sambil membawa pedang, posisi di sebelah kiri membuat tangan kanan lebih mudah digunakan untuk bertahan.

Kebiasaan ini kemudian menjadi tradisi. Di Inggris, aturan resmi tentang berkendara di sisi kiri sudah diterapkan sejak tahun 1835. Artinya, masyarakat Inggris dan wilayah koloninya sudah terbiasa dengan pola ini jauh sebelum mobil ditemukan.

Sementara itu, di daratan Eropa, situasinya berubah drastis setelah muncul sosok Napoleon Bonaparte. Ia memerintahkan pasukannya berjalan dan berkendara di sisi kanan sebagai simbol perbedaan dari Inggris. Karena pengaruh kekuasaan Napoleon sangat luas, banyak negara Eropa akhirnya ikut menggunakan sistem jalur kanan. Maka terbentuklah dua kebiasaan besar di dunia: Inggris dan wilayah bekas koloninya berjalan di kiri, sedangkan Eropa daratan dan Amerika memilih kanan.

Awal Mula Sistem Setir Kanan di Indonesia

Sekarang kita masuk ke sejarah Indonesia. Seperti yang kita tahu, Indonesia dulu dijajah oleh Belanda selama berabad-abad. Pada masa penjajahan itu, Belanda memperkenalkan berbagai sistem administrasi dan tata kota, termasuk aturan lalu lintas.

Awalnya, Belanda sendiri menganut sistem berkendara di sisi kiri, mirip dengan Inggris. Jadi ketika mereka datang ke Hindia Belanda (sebutan Indonesia saat itu), sistem itu otomatis diterapkan juga di sini. Semua kendaraan—terutama kuda dan kereta kuda—harus berjalan di sisi kiri jalan.

Namun situasinya sempat berubah ketika Belanda dijajah oleh Prancis di bawah kekuasaan Napoleon. Prancis memaksa Belanda mengadopsi sistem baru, yaitu berkendara di jalur kanan. Tetapi, perubahan ini tidak serta-merta berlaku di tanah jajahannya seperti Hindia Belanda. Di sini, sistem lama tetap digunakan karena sudah terlanjur menjadi kebiasaan masyarakat lokal.

Setelah itu, ketika Jepang menduduki Indonesia pada tahun 1942, sistem setir kanan semakin mengakar. Jepang adalah salah satu negara yang menggunakan pola setir kanan dan berkendara di jalur kiri. Saat itu, semua kendaraan militer Jepang di Indonesia memiliki posisi setir di kanan. Karena berlangsung selama beberapa tahun, kebiasaan ini makin kuat tertanam di masyarakat.

Begitu Indonesia merdeka, pemerintah tidak mengubah sistem ini. Alasannya sederhana: masyarakat sudah terbiasa, dan infrastruktur yang ada juga mendukung sistem jalur kiri. Maka sejak saat itu, Indonesia resmi menggunakan sistem setir kanan dan berkendara di sisi kiri jalan.

Aturan Hukum yang Menguatkan Sistem Ini

Kalau kamu pikir sistem ini hanya soal kebiasaan, ternyata tidak. Ada dasar hukum yang secara jelas mengatur arah lalu lintas di Indonesia.

Aturan tersebut tertulis dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam undang-undang itu dijelaskan bahwa semua kendaraan harus berjalan di sisi kiri jalan. Artinya, jalur kiri adalah jalur utama, sedangkan jalur kanan digunakan untuk menyalip atau situasi khusus seperti berbelok.

Aturan ini berlaku di seluruh wilayah Indonesia tanpa kecuali. Jadi, semua desain rambu, marka jalan, lampu lalu lintas, hingga posisi halte disesuaikan dengan sistem berkendara di jalur kiri.

Bisa kamu bayangkan kalau tiba-tiba pemerintah memutuskan mengganti sistem ini jadi seperti Amerika, misalnya. Semua rambu harus diganti, posisi setir kendaraan harus dipindah, bahkan desain jalan tol pun perlu dirombak. Biayanya sangat besar dan risikonya tinggi. Karena itulah, mempertahankan sistem yang sudah ada jauh lebih masuk akal daripada mengubahnya.

Pengaruh Jepang dan Industri Otomotif

Selain faktor sejarah, pengaruh Jepang dalam industri otomotif juga berperan besar. Sejak tahun 1970-an, Indonesia mulai banyak mengimpor mobil dari Jepang. Negara itu memang menjadi salah satu produsen otomotif terbesar di Asia, dan hampir semua mobil Jepang didesain untuk setir kanan.

Mobil-mobil seperti Toyota, Honda, Suzuki, dan Daihatsu masuk ke pasar Indonesia dalam jumlah besar. Karena cocok dengan sistem lalu lintas di sini, Indonesia pun semakin kuat mempertahankan setir kanan. Selain itu, kendaraan yang diproduksi di dalam negeri—seperti mobil hasil kerja sama dengan pabrikan Jepang—juga mengikuti desain yang sama.

Dengan begitu, rantai produksi dan suku cadang bisa berjalan efisien. Bayangkan kalau Indonesia tiba-tiba beralih ke setir kiri. Industri otomotif akan kesulitan besar karena harus mengganti seluruh sistem produksi dan distribusi.

Alasan Keamanan dan Kenyamanan

Selain sejarah dan ekonomi, ada alasan teknis dan keamanan mengapa setir kanan dianggap cocok untuk negara seperti Indonesia.

Pertama, posisi pengemudi di sebelah kanan membuat pandangan ke arah kendaraan yang datang dari depan menjadi lebih jelas. Ini penting saat menyalip kendaraan lain di jalan dua arah. Dengan duduk di sisi kanan, pengemudi bisa lebih mudah memperkirakan jarak dengan kendaraan dari arah berlawanan.

Kedua, saat berkendara di jalur kiri, sisi mobil yang lebih dekat ke trotoar ada di kiri. Jadi, ketika penumpang turun, mereka tidak langsung menghadap ke jalan raya, melainkan ke sisi aman. Hal ini meningkatkan keselamatan bagi penumpang, terutama di area ramai seperti kota besar.

Ketiga, sistem ini juga membantu pengemudi dalam hal navigasi. Di negara-negara tropis seperti Indonesia, banyak jalan sempit atau tikungan tajam. Dengan setir kanan, pengemudi lebih mudah memperkirakan posisi ban dan bodi kendaraan saat melewati area sempit.

Negara-Negara yang Sama dengan Indonesia

Indonesia bukan satu-satunya negara yang memakai sistem setir kanan dan jalur kiri. Ada sekitar 75 negara di dunia yang juga menggunakan sistem ini.

Beberapa di antaranya adalah Jepang, Malaysia, Singapura, Thailand, Australia, India, dan Inggris. Semua negara tersebut punya sejarah serupa: mereka terpengaruh oleh Inggris atau Jepang, dua negara besar yang sejak dulu menggunakan sistem lajur kiri.

Sementara itu, sebagian besar negara di dunia—termasuk Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Tiongkok—menggunakan sistem sebaliknya, yaitu setir kiri dan jalur kanan. Karena mayoritas dunia menggunakan sistem tersebut, sering kali sistem Indonesia dianggap “terbalik” oleh wisatawan asing. Padahal, bagi kita justru sistem merekalah yang terasa aneh.

Kenapa Indonesia Tidak Mengubah Sistemnya

Kalau kamu penasaran kenapa Indonesia tidak sekalian saja ikut sistem setir kiri seperti negara lain, jawabannya cukup logis. Ada banyak faktor yang membuat perubahan itu nyaris mustahil dilakukan dalam waktu dekat.

Pertama, perubahan sistem akan menimbulkan kekacauan besar di jalan. Semua pengemudi harus belajar ulang cara berkendara, arah belokan, posisi kaca spion, dan kebiasaan saat menyalip.

Kedua, infrastruktur jalan di Indonesia sudah dibangun dengan pola jalur kiri. Mulai dari pintu tol, halte, terminal, hingga lampu lalu lintas, semuanya dirancang mengikuti sistem setir kanan. Mengubahnya akan memakan biaya miliaran dolar dan waktu bertahun-tahun.

Ketiga, kendaraan di Indonesia hampir seluruhnya berdesain setir kanan. Kalau sistem diubah, semua kendaraan harus diganti atau dimodifikasi. Industri otomotif tentu akan kolaps karena perubahan itu.

Keempat, sistem ini sudah terbukti aman dan efisien. Selama masyarakat disiplin, setir kanan dengan jalur kiri tidak menimbulkan masalah serius. Jadi, tidak ada alasan kuat untuk mengubahnya.

Kelebihan Sistem Setir Kanan di Jalur Kiri

Meskipun terlihat kuno, sistem setir kanan ternyata punya sejumlah kelebihan. Beberapa di antaranya bahkan membuat berkendara lebih aman dan efisien di kondisi jalan Indonesia.

  1. Pandangan Lebih Luas
    Dengan posisi setir di kanan, pengemudi bisa lebih mudah melihat arah depan saat mendahului kendaraan.

  2. Keamanan Penumpang Lebih Terjamin
    Saat pintu kiri dibuka di trotoar, penumpang tidak langsung menghadap jalan raya.

  3. Cocok untuk Jalan Sempit
    Struktur jalan Indonesia yang banyak tikungan dan tanjakan cocok untuk sistem ini karena pengemudi lebih mudah mengontrol jarak sisi kiri mobil.

  4. Efisiensi Produksi Mobil
    Karena sebagian besar kendaraan Indonesia berasal dari Jepang, sistem setir kanan membuat biaya impor dan perawatan lebih murah.

  5. Kemudahan Adaptasi Regional
    Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand juga menggunakan sistem yang sama. Jadi, kendaraan bisa melintas lintas batas tanpa penyesuaian besar.

Tantangan Sistem Setir Kanan di Indonesia

Meski punya banyak kelebihan, sistem ini tetap memiliki beberapa tantangan yang perlu diwaspadai.

Pertama, pengemudi dari luar negeri sering kesulitan menyesuaikan diri. Turis yang terbiasa menyetir dengan setir kiri sering salah jalur atau salah arah belok. Karena itu, banyak negara termasuk Indonesia memasang tanda peringatan khusus di area wisata.

Kedua, sebagian kendaraan impor dari Eropa atau Amerika harus dimodifikasi dulu sebelum digunakan di Indonesia. Proses ini bisa mahal dan memakan waktu lama.

Ketiga, pendidikan lalu lintas di Indonesia masih perlu diperkuat. Banyak pengemudi yang belum disiplin terhadap aturan jalur, terutama saat menyalip dari kanan. Jika tidak diatur dengan baik, justru bisa membahayakan pengguna jalan lain.

Perbandingan Singkat: Setir Kanan vs Setir Kiri

Agar lebih mudah, berikut gambaran singkat perbedaan antara kedua sistem:

Aspek Setir Kanan (Jalur Kiri) Setir Kiri (Jalur Kanan)
Contoh Negara Indonesia, Jepang, Inggris Amerika, Prancis, Jerman
Jalur Normal Kiri Kanan
Jalur Menyalip Kanan Kiri
Posisi Penumpang Lebih aman di sisi kiri Lebih aman di sisi kanan
Pandangan Menyalip Lebih jelas Sama, tergantung kondisi
Produksi Mobil Dominan Jepang dan Asia Dominan Eropa dan Amerika

Dari tabel ini, terlihat bahwa keduanya punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tidak ada yang benar atau salah, semuanya kembali pada sejarah dan kebutuhan tiap negara.

Masa Depan Sistem Lalu Lintas Indonesia

Melihat kondisi saat ini, sepertinya sistem setir kanan akan terus bertahan di Indonesia. Selain sudah menjadi budaya, sistem ini juga masih relevan dengan kebutuhan transportasi modern.

Namun, tantangan ke depan bukan soal posisi setir, melainkan disiplin berkendara dan keselamatan. Indonesia masih memiliki angka kecelakaan lalu lintas yang tinggi. Hal ini bukan karena posisi setir, tetapi karena perilaku pengemudi yang kurang tertib.

Pemerintah kini terus berupaya meningkatkan keselamatan jalan dengan memperbarui infrastruktur dan edukasi masyarakat. Dengan begitu, sistem setir kanan di jalur kiri bisa berjalan dengan aman dan efisien untuk semua pengguna jalan.

Kesimpulan

Setir kanan di Indonesia bukanlah kebetulan. Sistem ini terbentuk dari perpaduan sejarah panjang, mulai dari masa kolonial Belanda, pendudukan Jepang, hingga pengaruh industri otomotif modern.

Selain alasan sejarah, ada faktor praktis seperti keamanan, efisiensi, dan kesesuaian infrastruktur. Mengubah sistem ini akan sangat sulit dan mahal, sehingga mempertahankannya menjadi pilihan yang paling logis.

Meski berbeda dengan kebanyakan negara lain, sistem ini sudah terbukti cocok dan aman bagi masyarakat Indonesia. Selama semua pengemudi mematuhi aturan lalu lintas, setir kanan bukanlah masalah—malah bisa menjadi ciri khas tersendiri yang membedakan kita dari negara lain.

Jadi, sekarang kamu sudah tahu kan kenapa Indonesia tetap memakai setir kanan? Ternyata, di balik posisi setir yang sederhana itu, tersimpan sejarah panjang dan logika kuat yang membuatnya tetap bertahan sampai hari ini.

Komentar0

Type above and press Enter to search.

www.bariskabar.com www.webteknologi.com